1. BAKPAO
Bakpao (Hanzi: 肉包, Hokkian: bakpao, Hanyu Pinyin: roubao) merupakan makanan Traditional Tionghoa. Dikenal sebagai bakpao di Indonesia karena diserap dari yang dituturkan mayoritas orang Tionghoa di Indonesia. Pao itu berarti bungkusan, dan bak itu artinya daging, jadi bakpao berarti bungkusan (berisi) daging. Bakpao dalam bahasa Hakka / Khek yaitu nyukppao / yugppaoyang mempunyai arti yang sama yaitu daging berbungkus.
Bakpao sendiri berarti harfiah adalah baozi yang berisi daging. Pada awalnya daging yang paling lazim digunakan adalah daging babi. Akan tetapi baozi sendiri dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam, sayur-sayuran, serikaya manis, selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau, dan sebagainya, sesuai selera. Bakpao yang berisi daging ayam dinamakan kehpao.
Kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu diberi ragi untuk mengembangkan adonan, setelah diberikan isian, adonan dibiarkan sampai mengembang lalu di kukus sampai matang. Untuk membedakan isi bakpao, tanpa daging (vegetarian) basanya di atas bakpao diberi titikan warna, demikian juga dengan isian yang lain diberi tanda warna yang berbeda-beda.
Sejarah Bakpao sendiri berasal dari salah satu bagian kecil dari roman terbaik sepanjang masa, Sānguó Yǎnyì. Zhuge Liang (181 – 234) adalah salah satu ahli strategis terbaik China, juga sebagai perdana menteri, insinyur, ilmuwan, dan penemu legendaris bakpao.
Cerita ini berawal pada zaman tiga negara (sam kok) ketika terjadi pemberontakan besar-besaran di daerah selatan Tiongkok, perdana menteri Tiongkok saat itu, Zhuge Liang meminta izin kepada kaisarnya, Liu Chan untuk menumpas pemberontakan di selatan itu, terkenal dengan sebutan ‘The Southern Campaign’ – Suku selatan itu disebut juga ‘Nanman’ atau ‘orang barbar dari selatan’. Raja di daerah selatan yang memberontak itu bernama Meng Huo.
Tak lama setelah Liang sampai di daerah selatan itu, Liang sudah mengalahkan Meng Huo 7 kali dan membebaskan 7 kali juga, dimana pada saat pembebasan ketujuhnya Meng Huo akhirnya menyerah dan berjanji tidak akan memberontak lagi kepada Shu Guo (saat itu belum ada sebutan Zhong Guo karena Tiongkok masih terpecah menjadi tiga negara: Shu, Wu, Wei).
Setiap kali membebaskan Meng Huo, Zhuge Liang selalu ditentang oleh jenderal-jenderalnya: “ Kenapa dia dibebaskan ? Bagaimana jika dia memberontak lagi? ”, Liang dengan tenang menjawab: “ Aku dengan mudah dapat menangkapnya kembali semudah mengeluarkan tanganku dari saku. Kini aku sedang mengalahkan hatinya ”
Zhuge Liang tahu jika Meng Huo ditangkap dan dibunuh, akan ada pengganti Meng Huo lainnya dan memberontak ke Shu, karena itu dia pikir lebih baik membuat pemimpin daerah selatan yang berpengaruh ini berpihak kepadanya dan Meng Huo bisa memimpin daerah selatan untuk setia kepada Shu.
Pada peperangan yang terakhir, yang ketujuh kalinya, Zhuge Liang membuat Meng Huo masuk ke lembah yang dikelilingi pegunungan. Dilembah itu Liang menaruh kereta pengangkut makanan. Ketika melihat kereta itu, Meng Huo langsung tertarik dan memimpin pasukannya masuk ke lembah itu.
Setelah pasukan Meng Huo mendekati kereta pengangkut makanan itu, ternyata kereta itu tidak berisi makanan melainkan bubuk mesiu! Langsung saja pasukan Shu yang sudah menunggu di kaki gunung memanah kereta-kereta yang penuh bubuk mesiu itu dengan panah api. Terjadi ledakan besar-besaran di lembah itu, dan dalam sekejap lembah itu menjadi lautan api yang menewaskan hampir semua pasukan Meng Huo.
Kemenangan ini tidak membuat Liang senang, ia hanya agak menyesali: “Jasaku sangat besar kepada negara, namun dosaku juga sangat besar kepada Langit(Tian/Tuhan); semoga Langit berkenan mengampuniku karena aku hanya menjalankan kewajiban menjaga keamanan negara.” Setelah kejadian ini, Meng Huo kembali ditangkap pasukan Liang.
Ketika Liang menemui Meng Huo, ia langsung melepaskan ikatan tali Meng Huo dan berkata: “ Silahkan anda pergi lagi dan mempersiapkan pasukan baru anda untuk bertarung kembali ”. Mendengar itu Meng Huo terharu dan berkata: “ Tujuh kali tertangkap, tujuh kali juga dibebaskan! Kejadian seperti ini seharusnya tidak pernah dan tidak akan terjadi!! Meskipun aku tidak punya adat istiadat, aku masih punya upacara keagamaan yang masih menjunjung etika. Tidak, aku tidak sehina itu! ” Setelah kejadian ini, suku selatan tidak pernah memberontak lagi kepada Shu.
Ketika dalam perjalanan akan kembali ke Cheng Du (ibu kota Shu), Zhuge Liang harus melewati sungai besar. Di sungai itu Liang tertahan karena selalu saja ada gelombang besar dan badai ketika pasukan Shu akan menyeberang. Zhuge Liang kemudian meminta pendapat Meng Huo yang ikut mengantar Liang dan Meng Huo berkata: “Sejak zaman nenek moyang kami, orang yang ingin melewati sungai itu harus melemparkan 50 kepala manusia untuk persembahan kepada roh sungai ”Karena Liang tidak mau membuat pertumpahan darah lagi, ia membuat kue yang menyerupai kepala manusia: bulat namun rata didasarnya, dan kue ini disebut bakpao (baozi).
Sekarang, meskipun banyak yang tidak mengetahui asal usulnya, bakpao telah populer di seluruh dunia sebagai salah satu makanan tradisional Cina. Posisi bakpao bahkan sanggup menggantikan nasi seperti yang terlihat pada film Shaolin.
Sumber : https://www.beritaunik.net/tahukah-kamu/asal-mula-bakpao.html
2. Kwetiau
Kwetiau (Hanzi: 粿條, hanyu pinyin: guotiao, juga disebut 沙河粉, shā hé fěn) adalah sejenis mi Tionghoa berwarna putih yang terbuat dari beras. Jika digoreng disebut kwetiau goreng. Jika dimasak kuah, disebut kwetiau kuah. Kwetiau merupakan makanan yang cukup populer di Indonesia, terutama di Jakarta dan tempat-tempat lain yang banyak didiami warga keturunan Tionghoa.
Kwetiau pada umumnya identik dengan orang Tionghoa etnis Hokkian dan Tio Ciu. Di Indonesia, kwetia dibedakan atas kwetiau masakan etnis Hokkian dan kwetiau masakan etnis Tio Ciu. Kwetiau yang terkenal di kalangan Etnis Hokkian yang banyak berdiam di Sumatera adalah kwetiau medan yang bakso ikan lapchiong (sosis babi), dan telur bebek. Kwetiau yang terkenal di kalangan etnis Tio Ciu yang banyak berdiam di Kalimantan adalah kwetiau sapi yang memakai daging sapi beserta jeroannya seperti babat. Dalam perkembangannya muncul varian baru yang dikenal dengan sebutan kwetiau siram. Kwetiau Siram adalah jenis kwetiau yang berkuah, sering dimasak dengan daging babi ataupun sapi.
Di Bagansiapiapi, Riau kwetiau yang terkenal adalah Kwetiau Bagan yang dapat ditemukan di berbagai restoran milik warga Hokkian setempat.
Peradaban dunia sudah semestinya merasa berhutang pada rakyat Tiongkok. Dari tangan-tangan terampil merekalah kini kita mengenal bakmi dengan segala macam variannya. Sejarah menulis, setidaknya rakyat Tiongkok telah mengonsumsi bakmi sejak zaman Dinasti Han (tahun 2006 Sebelum Masehi atau 2217 tahun lampau).
Tentu saja pada saat itu bentuk dan varian bakmi yang ada tidak seperti saat ini. Di masa itu bakmi masih merupakan adonan gandum sederhana yang bentuknya persegi atau lembaran yang ketebalannya tidak lebih dari kulit pangsit. Dari daratan Cina, bakmi kemudian mendunia: mula-mula ke Jepang, Korea, Taiwan, negara-negara Asia Tenggara. Dan pada saat Marco Polo untuk pertama kalinya membawa mie ke Eropa sepulang perjalanannya ke Cina, Eropa memulai mengembangkan mie dengan versinya sendiri.
Salah satu varian bakmi yang lumayan popular adalah kwetiau (guantiao, sha he fen). Mie pipih berwarna putih yang dibuat dari beras. Kwetiau biasa digoreng atau dimasak kuah. Di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura, kwetiau yang dimasak dengan cara digoreng inilah yang popular. Singapura dan Malaysia menyebutnya Char Kway Teow. Sementar di Indonesia makanan itu terkenal dengan sebutan kwetiau goreng.
Di Indonesia kwetiau goreng diperkenalkan oleh etnis Hokkian dan Tio Ciu. Dua etnis yang memiliki cara berbeda dalam mengolah kwetiau. Etnis Tio Ciu, yang banyak berdiam di Kalimantan, umumnya membuat kwetiau goreng dengan memberi daging sapi, jeroan, dan babat sapi sebagai pelengkapnya. Itulah sebabnya mengapa di Kalimantan terkenal makanan Kwetiau Sapi. Sementara etnis Hokkian yang banyak berdiam di Sumatera, terbiasa mengolah kwetiau dengan campuran baso ikan, lapchiong (sosis babi), dan telur bebek
Sumber: https://archive.kaskus.co.id/thread/9643193/1 https://id.wikipedia.org/wiki/Kwetiau
3. Cahkwe
Cahkwe (Hanzi: 油条, hanyu pinyin: You Tiao) adalah salah satu penganan tradisional Tionghoa. Cahkwe adalah dialek Hokkian yang berarti Hantu yang Digoreng (油炸鬼,hanyu pinyin: You Zha Gui).Nama ini berhubungan erat dengan asal usul penganan yang kecil namun sarat akan nilai sejarah ini.
Cahkwe mulai populer pada zaman Dinasti Song, berawal dari matinya Jenderal Yue Fei (Hanzi: 岳飛) yang terkenal akan nasionalismenya akibat fitnahan Perdana Menteri Qin Hui(Hanzi: 秦檜).Mendengar kabar kematian Yue Fei, rakyat Tiongkokkemudian membuat 2 batang kecil dari adonan tepung beras yang melambangkan Qin Hui dan istrinya lalu digoreng untuk dimakan. Ini dilakukan sebagai simbolisasi kebencian rakyat atas Qin Hui.
Jenderal Yue Fei adalah salah satu Jenderal Dinasti Song Selatan yang terkenal akan keberhasilannya menekan suku Jurchen Dinasti Jindari utara. Pada abad ke-12, Yue Fei adalah jenderal utama pasukan Kerajaan Song. Dengan perintah Kaisar Gaozong dari Song, ia mengadakan kampanye perang untuk mengembalikan daerah yang direbut oleh Jin. Jenderal Yue Fei dengan gigih berhasil menaklukkan musuh dan mengembalikan beberapa kota milik Song. Konon ada legenda yang menyebutkan sebelum masuk kemiliteran, ibunya pernah memberinya wejangan dan menorehkan tattoo berbunyi Setia Pada Negara. Tato inilah yang selalu diingat Yue Fei dan menjadi pedoman hidupnya.
Pada saat bersamaan di istana Kaisar Tang Gaozong ada seorang menteri bernama Qin Hui.Berbeda dengan Yue Fei, ia menganggap peperangan melawan Jin adalah pemborosan uang negara.Dengan pengaruhnya, Qin Hui menghasut menteri dan Kaisar Tang Gaozong untuk menghukum Yue Fei atas tuduhan palsu.Pada tahun 1141 ia kemudian dipanggil menghadap kaisardan dihukum mati pada tahun 1163.
Kematian Yue Fei menyulut kemarahan rakyat.Di ibu kota, ada seorang pedagang penganan kecil bernama Wang Xiaoer dan Li Si yang sedang mencari ide untuk menjual makanan. Wang Xiaoer melihat kemarahan rakyat pada Qin Hui dan akhirnya mendapat ide. Ia kemudian menggoreng dua adonan tepung yang ia bentuk seperti manusia yang saling memunggungi. Jika digoreng, adonan itu pasti mencuat ke permukaan.Dengan lantang ia berteriak "Dijual Hui Goreng!" (油炸桧 hanyu pinyin: You Zha Hui). Hui mengacu pada Perdana Menteri Qin Hui. Hal ini menarik banyak orang yang kemudian datang untuk melihat Hui Goreng. Dengan cara itu, penganan ini menyebar dari Lin'an, ibu kota Song Selatan. Namanya pun secara bertahap berubah menjadi Hantu yang digoreng (atau di Indonesia populer dengan nama Cakhwe) dan terakhir You Tiao.
4. Capcay
Cap cai (Hanzi: 雜菜; Pinyin: zácài; Pe̍h-ōe-jī: cha̍p-chhài; "aneka sayuran") adalah dialek Hokkian yang berarti harfiah "aneka ragam sayur". Cap cai adalah nama hidangan khas Tionghoa yang populer yang khas karena dimasak dari banyak macam sayuran. Jumlah sayuran tidak tentu, namun banyak yang salah kaprah mengira bahwa cap cai harus mengandung 10 macam sayuran karena secara harfiah adalah berarti "sepuluh sayur". Cap di dalam dialek Hokkian juga berarti "sepuluh", dan cai berarti sayur.
Beberapa jenis sayuran yang biasanya dijadikan cap cai adalah sawi putih, sawi hijau, wortel, jagun muda, jamur merang, jamur kuping, kol, kapri, buncis, bunga kol, brokoli, daun bawang, tomat, dan bawang bombay. Walaupun demikian, unsur hewani juga biasa ditambahkan ke dalam makanan ini, misalnya daging sapi, ayam, telur, hati dan ampela ayam, udang, bakso, cumi-cumi, dan daging babi.Cap cai dapat dimasak dengan dua cara, direbus (kuah) atau digoreng.
Sejara Cap cai adalah ketika duta besar Cina Li Hung, mengunjungi kota New York pada tanggal 29 Agustus 1896, tukang masaknya berusaha menciptakan masakan yang bisa diterima oleh diplomat Cina dan Amerika. Dan menurut catatan sejarah, “cap-cay” goreng memang terhidang sebagai salah satu menu. Versi lain yang lebih kuno, menyebutkan bahwa makanan ini berasal dari dinasti Qing. Dimana jerohan di masak bersama sayur-sayuran untuk membuatnya tampil lebih elok dan lebih sehat.
Ada satu versi yang menurut saya lebih masuk akal, adalah masakan ini diciptakan oleh kaum Imigran Cina yang berkelana kemana-mana. Yaitu masakan yang ditentukan oleh nasib. Apapun sayur yang didapat hari ini, dipotong semua dan dimasak jadi satu. Kalau cuma ada 2 sayur, maka cap-cay-nya cuma terdiri 2 sayur itu. Tapi kalau nasib baik hari ini dan punya sayur lebih, maka cap-cay cah lebih mewah. Sederhana dan praktis. Masalahnya kapan masakan cap-cay cah ini ditemukan ? Karena di Cina sendiri, masakan ini tidak dikenal. Hanya di Taishan, Cina yang majoritas penduduknya berkelana dan menjadi kaum imigran, masakan cap-cay cah dikenal.
Sumber: http://superaditr.blogspot.co.id/2013/07/asal-usul-masakan-capcay-capjay.html
5. Kue keranjang
Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek HokkianTi Kwe (甜棵)[1], yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula , serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket.Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat. Kue keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).
Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Kue keranjang diproduksi di banyak kota, termasuk Tangerang, Bogor. Sukabumi dan Yogyakarta
Belum bisa dipastikan kapan tepatnya kue keranjang ini hadir di tengah-tengah dunia perkulineran Indonesia. Namun, yang pasti, kue cokelat manis ini dibawa oleh para orang-orang Tiongkok yang migrasi ke Indonesia sejak 1-6 SM.
Dalam membuat tulisan tentang sejarah kue keranjang ini, kami mewancarai pengamat kota Semarang, Jongkie Tio, yang sudah mengenal sejarah perkembangan zaman dari masa ke masa. Jongkie Tio pun menjelaskan kepada kami bahan pembuatan kue keranjang, proses pembuatan, sejarah di balik kue keranjang, dan makna nya.
Kue keranjang disebut juga Nian Gao. Kemudian ada juga yang menyebutnya dodol China atau pun kue manis. Disebut kue manis karena kue ini memang memiliki cita rasa yang manis.
Perpaduan tepung ketan dan gula sebagai bahan dasar pembuatan kue berwarna cokelat. Namun, seiring berkembangnya tren kuliner di Indonesia, kini banyak dijumpai kue keranjang dengan berbagai pilihan warna dan rasa.
Cara penyajian kue keranjang pun beragam. Ada yang memakannya secara langsung. Ada juga yang mengirisnya tipis dan menggorengnya dengan dilumuri telor. Kue keranjang ini pun tahan lama, bisa tahan hingga 1 tahun jika disimpan dengan baik.
Proses pembuatan kue khas Imlek ini juga mudah. Adonan tepung ketan dan gula diaduk-aduk hingga mengental kemudian dikukus. Saat proses pengukusan, dibutuhkan keranjang untuk mengukus adonan tepung dan gula tadi.
Dulu, kue keranjang dikukus dan dibungkus menggunakan daun pisang. Aroma yang keluar pun lebih wangi. Namun, kini, kue keranjang hanya dibungkus menggunakan plastik bening supaya menarik hati.
Saat kami mewawancarai Jongkie Tio, ada kisah menarik di balik sejarah keberadaan kue keranjang. Memang benar, sampai sekarang pun belum tahu kapan pastinya kuliner lengket ini pertama kali diciptakan di Indonesia, namun kue keranjang ini ternyata menyimpan legenda.
Ada dua versi kisah yang menjelaskan asal muasal kue keranjang ini. Legenda tersebut dibawa oleh para orang tionghoa yang bermigrasi di Indonesia.
Pertama, kue keranjang atau biasa disebut Nian Gao ini berasal dari kisah tentang raksasa jahat dan pemuda di sebuah desa di dataran Tiongkok. Diceritakan, raksasa jahat bernama Nian tersebut kerap mengganggu manusia dan segala mahluk yang tinggal di Tiongkok. Tak hanya mengganggu, raksasa jahat ini pun memangsa manusia.
Suatu waktu, pemuda baik hati bernama Gao datang ke desa tersebut. Mendengar perbuatan jahat sang raksasa, Gao memiliki ide untuk mengusir raksasa tersebut. Dia meminta warga desa untuk membuat kue manis yang lengket untuk ditempelkan di depan pintu. Jadi, saat sang raksasa datang ke rumah untuk memangsa warga akan terkecoh dan teralihkan dengan manis dan lengketnya kue tersebut.
Kemudian, kisah lain menceritakan tentang kue keranjang yang tak bisa dijauhkan dari Dewa Dapur. Awal mula cerita kemunculan dewa dapur ini cukup panjang. Suatu hari hiduplah sepasang suami istri yang hidup dengan menjual makanan ringan. Kedua pasangan ini memiliki dua peruntungan yang berbeda. Sang suami selalu merasa dirinya kurang beruntung saat berjualan sedangkan makanan yang dijual istrinya selalu laris manis.
Karena merasa iri dengan rezeki yang didapatkan istrinya, sang suami memutuskan untuk menceraikan istrinya dan melanjutkan usahanya seorang diri. Namun, seiring berjalannya waktu, sang suami mengalami kebangkrutan dalam berusaha. Hidupnya menderita dan terlantar. Di sisi lain, sang istri malah hidup bergelimang rezeki karena kebaikan hatinya.
Suatu hari, sang istri tengah membuka dapur umum untuk para gelandangan. Dia membagi-bagikan makanan gratis. Saat itu, sang suami tak sengaja datang ke dapur umum tersebut untuk meminta sesuap nasi. Mengetahui keberadaan mantan suaminya di dapur umum, sang istri memberikan makanan yang di dalamnya terdapat barang pemberian sang suami.
Lalu, saat membuka makanan tersebut, sang mantan suami tersadar kalau barang tersebut merupakan barang milik istrinya dulu. Merasa malu dengan keadaannya sekarang, sedangkan di satu sisi istri yang dicampakkannya telah sukses, sang suami memilih untuk bunuh diri di dapur umum tersebut.
Arwahnya pun gentayangan. Menghantui rumah-rumah warga. Arwah ini pun yang akhirnya dikenal dengan Dewa Dapur. Setiap tahun sekali, dia pergi ke kayangan untuk melaporkan amal baik dan buruk pasangan yang menghuni rumah yang dikunjunginya. Jika para penghuni rumah tersebut beramal buruk, maka sang dewa akan memberikan kutukan
Maka, agar Dewa Dapur memberikan laporan-laporan baik tentang kehidupan para penghuni rumah tersebut, warga setempat membuat kue manis sebagai penutup mulut dan melaporkan hal-hal yang manis.
6. Sichuan
Masakan Sichuan (川菜; pinyin: Chuān cài) banyak ditulis juga dengan istilah Masakan Szechuan) adalah jenis masakan yang berasal dari Provinsi Sichuan, Republik Rakyat Tiongkok. Masakan Sichuan dikenal dalam kuliner Tiongkok sebagai masakan yang banyak memiliki kombinasi rasa pedas, asam, asin, dan manis. Bumbu yang penting dalam masakan ini, yaitu cabai merah, baru diperkenalkan ke Tiongkok sekitar 200 tahun yang lalu. Masakan Sichuan umumnya berasal dari kedua kota terbesar di daerah itu, yakni kota Chengdu dan Chongqing.
Masakan Sichuan telah terkenal semenjak zaman Dinasti Han Pada zaman Tiga Kerajaan, masakan dari daerah ini dikenal dengan rasa manisnya. Pada zaman Dinasti Jin, tercatat bahwa rakyat daerah ini memasak makanan dengan bahan-bahan jahe, mustar, kucai dan bawang, sehingga kemungkinan masakan mereka memiliki bau dan rasa bumbu yang kuat.
Sebenarnya masakan Sichuan belum mengenal rasa pedas. Semenjak akhir abad ke-17, di zaman Dinasti Qing, ketika cabai merah dan bumbu rempah dari Amerika Selatandiperkenalkan ke Tiongkok, barulah bahan-bahan asing itu menambah rasa baru bagi masakan orang Sichuan.[ Sejak zaman Qing, sudah tercatat sebanyak 38 jenis metode memasak dalam kuliner Sichuan.Metode memasak populer antara lain tumis, rebus kering, pao (rebus dalam air) dan hui (goreng dan rebus dengan saus pati jagung). Kondisi geografi juga memungkinkan metode mengawetkan makanan dengan cara fermentasi, mengasinkan, mengeringkan dan mengasap.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Sichuan
7. Wonton
Wonton adalah makanan berupa daging cincang yang dibungkus lembaran tepung terigu. Setelah direbus sebentar, pangsit umumnya dihidangkan di dalam sup. Selain direbus, pangsit juga digoreng dengan minyak goreng yang banyak hingga seperti kerupuk. Pangsit (wonton) termasuk salah satu jenis dim sum.
Isi pangsit umumnya dibuat dari udang, daging babi, atau sayuran. Di Indonesia, isi pangsit terutama dibuat dari udang atau campuran daging ayam dan udang dengan tambahan jahe, bawang bombay, atau bawang putih yang dicincang. Bumbu untuk isi pangsit bisa berupa kecap asin, saus tiram, dan minyak wijen.
Kulit pangsit dibuat dari adonan tepung terigu, air, dan garam dapur. Adonan ditipiskan dan dipotong-potong berukuran persegi. Selain bisa dibuat sendiri, kulit pangsit bisa dibeli dalam kemasan berisi 10 hingga 20 lembar. Sewaktu membuat siomay (bukan tahu bakso), kulit pangsit dipakai sebagai pembungkus daging cincang.
Di Indonesia juga dikenal goreng kulit pangsit tanpa isi. Berbagai makanan Indonesia yang memakai pangsit, misalnya: pangsit kuah, pangsit goreng, pangsit goreng kuah, mi pangsit, dan cwie mie. Pada hidangan mi pangsit kuah, pangsit sering dihidangkan terpisah dalam mangkuk kecil. Selain itu, pangsit biasanya juga disajikan bersama semangkuk bakso daging sapi. Kebanyakan bakso Malang menggunakan pangsit sebagai tambahan isi bakso.
Di Xiamen (Fujian) dan sekitarnya, serta Taiwan, makanan ini disebut 扁食 (biǎn shí) atau pian sit dalam bahasa Hokkien. Di Fujian, makanan serupa namun berukuran lebih kecil disebut 扁肉燕 (pinyin: biǎn ròu yàn). Isinya campuran daging babi dan ubi jalar.
Di sebagian besar negara-negara di dunia, nama umum untuk pangsit adalah wonton. Kata wonton (雲呑) berasal dari nama makanan ini dalam bahasa Kanton. Dalam bahasa Mandarin, makanan ini ditulis sebagai 餛飩 (pinyin: húntun). Di Sichuan dan Chongqing, pangsit disebut 抄手 (chāo shǒu), dan dihidangkan di dalam sup pedas berbumbu la you dan andaliman.
8. Dim Sum
DIM SUM (dalam dialek Cantonese) atau Dianxin (dalam bahasa Mandarin) secara harafiah berarti sedikit dari hati atau menyentuh hatimu. Kata ini disunting dan frasa yi dian xin yi yang artinya sedikit tanda mata. Kemudian secara umum kemudian digunakan sebagai istilah untuk menyebut camilan ringan.
Oim sum sudah dikenai sebagai makanan popular sejak ribuan tahun lalu. Kebiasaan makan dim sum konon bermula pada periode Jalur Sutra (Asia Tengah ke Cina) dan Dinasti Han (206 SM) hingga Dinasti Yuan (Abad 14 M). Ketika itu para petani, buruh dan pedagang yang berbisnis di sepanjang Jalur Sutra kerap mampir di . kedai teh pinggir jalan untuk minum teh di sore hari
Kebiasaan ini sempat memudar pada abad ketiga gara-gara Tabib terkenal Hua Tuo mengatakan kebiasaan ngemil dim sum sambil minum teh bisa membuat badan jadi gemuk. Orang Kanton (Guangdong/Kwangtung) di Cina Selatan tidak mengindahkan imbauan ini. malah menjadikan dim sum sebagai makanan tradisional yang dinikmati bersama teman-teman sambil minum teh. Dari sinilah muncul istilah yumcha (mandarin yincha) yakni minum teh di kedai teh bersama teman-teman dekat sambil menyantap dimsum
Sejak abad 10 telah dikenal sekitar 2.000 jenis macam dim sum. Di masa sekarang sebuah restoran besar dim sum biasanya menyajikan sekitar 100 jenis dim sum. Dim sum kemudian menjadi sarapan pagi khas Hong Kong (Hong Kong terletak tepat di seberang Propinsi Guangdong, Cina, sehingga masyarakatnya mengikuti kebiasaan di Guangdong). Dim sum sengaja dibuat kecil agar mudah disantap dalam satu kali suapan Bentuknya harus indah agar enak dinikmati bersama teh.
Dim sum disajikan dalam wadah kukusan bambu agar tetap panas.Di Hongkong Dim sum kerap dinikmati bersama dengan teh sambil main mahjong/maciok. Para pria lansia biasanya datang ke restoran dim sum atau kedai teh sambil membawa kandang burung kesayangan mereka. Dim sum dibuat dan disajikan dengan memperhatikan keharmonisan warna, bentuk, rasa, aroma, kualitas bahan dasarnya, jenis masakannya dan bahan-bahan alami yang baik untuk kesehatan Dim sum dibagi atas 4 kategori yaitu dim sum kukus.
Ceker, acar, dan aneka masakan, Dimsum goreng dan dimsum manis. Dianjurkan bagi penyuka dim sum memilih dim sum yang kandungan lemaknya rendah, namun karya karbohidrat seperti Steamed Rice-roll dan bakpao kukus.
Sumber: https://mbakevi.wordpress.com/2011/10/06/151/
9. Moon Cake
Setiap hari ke-15 pada bulan ke-8 dalam kalender China diperingati sebagai Mooncake Festival atau Festival Kue Bulan yang dirayakan warga keturunan China di seluruh dunia. Pada hari itu, bulan berbentuk bulat sempurna dan bersinar terang (bulan purnama). Menurut kepercayaan, pada malam itu Dewi Bulan menampakkan dirinya.
Konon kue bulan berawal dari Dinasti Ming yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang. Ia memimpin kaum petani melawan pemerintah Mongolia dan menyebarkan pesan rahasia dengan menyembunyikannya di dalam kue bulan. Namun sebenarnya kue bulan tercatat dalam sejarah pada zaman Dinasti Song yang kemudian populer dan eksis hingga kini. Di Indonesia, kue bulan dikenal dalam dialek Hokkian dengan sebutan Gwee Pia atau Tiong Chiu Pia.
Ada beberapa legenda dan mitos di balik perayaan kue bulan yang dimulai sejak 2170 SM.Yang paling terkenal adalah kisah sang pemanah Huo Yi yang berhasil memanah 8 matahari di langit sehingga menyisakan satu saja. Banyaknya matahari itu membuat bumi sangat panas sehingga orang-orang menderita karena kekeringan dan kelaparan.
Sumber-sumber air mengering, tanaman rusak. Atas keberhasilan Huo Yi, raja menghadiahinya pil panjang umur. Namun kekasih Huo Yi, Chang Er, menelan pil itu sehingga mendapat kehidupan abadi di bulan sebagai Dewi Bulan. Huo Yi menyesali kejadian itu, namun tak bisa mengubah keadaan. Untuk mengobati kerinduan, setiap tanggal 15 bulan ke-8, ia duduk minum teh dan menikmati kue sambil menunggu Chang Er menampakkan diri ketika bulan purnama.
Versi lainnya adalah penghormatan kaum petani kepada Dewi Bulan pada tanggal itu karena panen yang berlimpah. Para petani lalu membuat dan mempersembahkan sejenis kue berisi bulatan kuning telur utuh yang menjadi simbol bulan purnama sebagai rasa syukur kepada Dewi Bulan. Seiring waktu, tradisi itu terus dilaksanakan warga keturunan China di seluruh dunia. Dipercaya, kue bulan adalah simbol kemakmuran dan panjang umur yang perlu dilestarikan.
Festival Kue Bulan juga dirayakan oleh warga Tionghoa di Indonesia yang masih menjalankan tradisi. Pada hari istimewa itu, mereka berkumpul bersama keluarga untuk menikmati hidangan istimewa dan kue bulan sambil minum teh China. Juga ada tradisi menghantarkan kue bulan kepada kerabat dan sahabat diiringi harapan baik bagi semua orang.
Kue bulan terdiri dari bermacam rasa, mulai dari rasa tradisional hingga kreasi modern. Rasa tradisional terbuat dari kacang merah, biji teratai putih dan teratai merah dipadu telur asin. Sedangkan kreasi modern terbuat dari bermacam bahan.
Dongeng populer China berkisah, pada masa pemerintahan Kaisar Yao (2000 SM), terdapat seorang pemanah ulung bernama Hou Yi. Kala itu, bumi dikitari 10 matahari yang bergantian menyinari bumi. Namun, suatu hari, kesepuluh matahari muncul bersamaan sehingga bumi pun panas tak terkira.
Sang kaisar memerintahkan Hou Yi memanah sembilan matahari hingga tersisa satu matahari saja. Singkat cerita, atas keberhasilannya, Hou Yi pun diberi ganjaran pil keabadian. Pada suatu hari, seorang penjahat bernama Feng Meng menyelinap ke kediaman Hou Yi dan bermaksud mencuri pil keabadian. Agar tidak jatuh ke tangan yang salah, Chang Er (istri Hou Yi) menelan pil itu.
Tiba-tiba, Chang Er mendapati dirinya terbang ke langit menuju bulan. Untuk menghargai pengorbanan Chang Er dan menyerukan perdamaian di muka bumi serta sebagai ungkapan rasa syukur, masyarakat China mewujudkannya melalui kue yang manis dan buah-buahan.
Tradisi ini lalu berkembang menjadi Festival Kue Bulan (mooncake), yang diperingati setiap hari ke-15 bulan kedelapan kalender China. Konon, hingga kini dipercaya bahwa selama pertengahan musim gugur, saat bulan bulat penuh dan bersinar benderang, tampak siluet bayangan Chang Er, yang kemudian dikenal sebagai Dewi Bulan.
Itulah sekelumit kisah si kue bulan, yang merupakan salah satu versi dari sekian banyak versi asal-usul kue manis bundar berukir tulisan China itu. Mooncake lazim dibuat untuk memeriahkan pesta atau sekadar berkumpul bersama keluarga sambil meneguk teh China yang pahit. Mooncake juga kerap dihadirkan dalam perayaan rutin tahunan sebagai penanda akhir musim panen.
Sumber : https://indocina.wordpress.com/tag/makanan-tradisional-cina/
10. Tang Yuan
Tangyuan adalah salah satu snack Tiongkok. Tangyuan memiliki sejarah yang sangat panjang. Karena bola yang terbuat dari beras ketan ini saat direbus bisa tenggelam dan mengapung, maka asal mula ronde paling awal disebut “bulatan mengapung (fu yuanzi)”. Kemudian ada daerah yang mengubah nama “bulatan mengapung” menjadi yuanxiao. Kebanyakan orang di daerah selatan terbiasa makan bersama keluarga di pagi hari Tahun Baru Imlek menikmati tangyuan. Konon tangyuan melambangkan tuanyuan (reuni, berkumpul). Makan tangyuan memiliki makna di tahun yang baru, keluarga bahagia dan mimpi-mimpi tercapai.
Catatan tentang ronde yang paling tua adalah pada dinasti Song. Waktu itu Tangyuan disebut sebagai “bulatan mengapung”, “bulatan”, “bulatan manis”. Dari buku Ping Yuan Xu Gao, Sui Shi Guang Ji, Da Ming Yi Tong Fu, ronde sebagai makanan untuk menyambut hari raya Yuanxiao (Cap Go Meh) pertama dilakukan pada dinasti Song. Karena tradisi makan ronde saat hari raya Yuanxiao, sehingga ronde juga disebut sebagai yuanxiao.
Tangyuan pada dinasti Song merupakan makanan yang mahal dan berharga. Puisi Jiang Baishi melukiskan hal tersebut, dengan mengatakan bahwa tangyuan adalah “zhenpin” (harta).Sampai di zaman modern, masih ada kisah yang berhubungan dengan Cap Go Meh. Yuan Shikai setelah menjadi presiden, merasa tidak puas dan ingin menjadi kaisar. Karena impiannya ini tidak tercapai, ia sangat kecewa. Satu hari, istrinya ingin makan ronde (yuanxiao). Baru saja mengatakan hal ini, ia langsung ditampar oleh Yuan Shikai. Sebab “yuanxiao” dengan “yuan xiao” (Yuan / Yuan Shikai Musnah) berbunyi sama. Sejak itu Yuan Shikai memerintahkan untuk tidak lagi menggunakan kata “yuanxiao”, tetapi menyebut ronde dengan “tangyuan”.
Ada juga legenda bahwa hari raya Cap Go Meh berawal dari dinasti Han. Di kalangan rakyat beredar kabar bahwa Zhou Bo dan Chen Ping telah menghabisi kekuasaan kubu Lǚ, dan tepat hari itu adalah tanggal 15 bulan pertama. Kaisar Han Wendi untuk mengenang hari itu, setiap tahun pada tanggal tersebut turun ke masyarakat untuk bergembira bersama, dan menetapkan hari itu sebagai hari raya Yuanxiao (Cap Go Meh). Sampai pada zaman kaisar Han Wudi, Sima Qian memasukkan hari raya Yuanxiao sebagai salah satu hari raya rakyat.
Sumber : http://www.belajartionghoa.com/legenda-asal-mula-ronde-tangyuan/
SOURCE: http://yusriasafira.blogspot.com/2018/05/chinese-food-terminology.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar